16 November 2011

Menulis Itu Rumit

Aku orang yang gampang sekali bosan, jika memulai sesuatu gampang sekali tergoda mencoba hal yang baru, membuat diri ini was-was kalau aku punya mobil, terus bosan lalu ingin mobil baru yang harganya miliaran, bisa-bisa gaya hidupku seperti anggota DPR yang diberitakan memakai kendaraan yang harganya miliaran, entahlah aku bingung. Berawal dari keinginanku menulis, saat aku mulai menulis lagi-lagi penyakitku kambuh, sepertinya bosan sudah memasuki aliran darah, masuk kesyaraf gerak mataku melihat tombol sign out dan buka facebook, log in, klik game.

Mungkin juga karena game selalu memberikan tantangan, berbeda dengan menulis, tantangan dalam menulis belum aku rasakan, ditambah kemampuan bacaku yang dibawah rata-rata, lengkap sudah. Informasi ujung-ujungnya melahirkan persepsi, setelah membaca beberapa buku dan tulisan teman sejarah meraka mulai jadi penulis, mereka awali karena banyak membaca dan menulis menjadi media penyalurannya, aku terkesan, sekaligus pesimis apa bisa aku menulis, tulisan apa bisa aku menulis diakhiri dengan tanda tanya besar yang hampir-hampir menimpa kepalaku.

Menulis jadi hal yang menjadi rumit dalam diriku, sungguh dilema, padahal menurut seorang penulis, menulis itu jangan terlalu jauh-jauh, mulailah dengan apa yang kamu rasakan dan alami. Aku coba pahami dan coba praktekan, ajaib aku bisa menulis satu paragraf, besoknya aku masih konsisten dengan satu paragraf, selanjutnya dua paragraf, tapi tiba2 hanya tinggal satu kalimat itupun dengan bahasa yang sulit dimengerti, rumit bin bosan sudah mengkudeta fikiran sehingga untuk mengeluarkan satu katapun tak bisa karena birokarasi fikiran sudah rumit dan bosan.

Selanjutnya dengan berat hati, persepsi itu menempel seperti parasit kepada inangnnya, Menulis itu rumit. Belum ku temukan usaha kontrapersepsi untuk melawan persepsi itu, haruskah aku menggunakan peptisida otak untuk membasmi persepsi parasit yang hinggap difikiran. Entahlah aku bingung.

Oh ya virus kedua setelah bosan yang ada difikiranku adalah bingung, sungguh menyedihkan.