16 May 2011
Sensasi Yang Mengundang Kemarahan
Jakarta - Komunitas Yahudi untuk pertama kalinya merayakan hari kemerdekaan ke-63 Israel di Indonesia. Perayaan digelar pada Sabtu (14/5/2011) di Puncak, Bogor, Jawa Barat. Hujatan langsung membanjiri acara tersebut. Perayaan itu dianggap sebagai sensasi murahan dan membuat marah banyak kalangan.
Awalnya, peringatan kemerdekaan Yahudi itu akan akan digelar di sebuah lapangan di Jakarta Selatan di sebuah tempat yang masih dirahasiakan. Ketua panitia perayaan kemerdekaan Israel, Unggun Dahana menyatakan rencana perayaan kemerdekaan Israel bukan untuk mencari sensasi. Tujuan perayaan itu, justru untuk perdamaian.
"Saya ingin melaksanakan dengan maksud damai, murni ingin mewujudkan perdamaian Israel dan Palestina," jelas Unggun. Namun polisi tidak memberikan izin perayaan tersebut sehingga Unggun lantas membatalkannya. Namun ternyata sebanyak 28 anggota Komunitas Yahudi tetap menggelar acara tersebut di Puncak.
Sejak diumumkan, rencana perayaan kemerdekaan Israel langsung menuai kontroversi. Indonesia selama ini tidak pernah mengakui Israel sebagai sebuah negara. Sebab Indonesia bersama 130 negara di dunia mendukung kemerdekaan Palestina. Pemerintah pun menolak membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Dukungan Indonesia terhadap Palestina merupakan amanat dari Pembukaan UUD 1945 yang menyatakan kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Sehingga dengan demikian penjajahan negara manapun termasuk Israel terhadap Palestina akan ditentang oleh Indonesia. Selain itu, Indonesia dan Palestina mempunyai ikatan sejarah, Palestina lah yang mula-mula mengakui kemerdekaan Indonesia.
Buku 'Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri' karya Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia M. Zein Hassan Lc, mengungkap Palestina telah memberi dukungan atas kemerdekaan Indonesia di saat negara lain belum berani untuk memutuskan sikap. Dukungan sudah diberikan sebelum Soekarno-Hatta memploklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Pada 6 September 1944, mufti besar Palestina Syekh Muhammad Amin Al-Husaini yang melarikan diri ke Jerman lewat radio Berlin mengucapkan selamat atas kemerdekaan Indonesia bertepatan atas pengakuan Jepang atas kemerdekaan Indonesia. Muhammad Ali Taher, pedagang kaya raya Palestina menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda bukti dan berkata, "Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia".
Maka tidak aneh, apapun yang berbau Israel atau Yahudi selalu mendapat penolakan dari banyak kalangan di Indonesia. Apalagi Israel tidak kunjung mewujudkan perdamaian dengan Palestina yang mentargetkan kemerdekaannya pada September 2011. Pekan ini misalnya, Israel melakukan serangan tembakan di perbatasan Lebanon. Serangan itu menewaskan 10 orang dan melukai 110 orang yang tengah menggelar demonstrasi mendukung kemerdekaan Palestina.
Dalam kondisi rasa solidaritas terhadap Palestina begitu tinggi, perayaan kemerdekaan Israel ibarat menyiramkan minyak pada api. Tindakan itu merupakan provokasi yang bisa menyulut ketersinggungan masyarakat Indonesia. Maka banyak kalangan, baik DPR, pemerintah maupun tokoh agama kontan menghujat rencana tersebut.
Kementerian Luar Negeri menentang acara itu karena Indonesia tidak pernah mengakui Israel."Kemlu sudah jelas, menolak posisi Israel dan tidak mengakui Israel. Kita sendiri tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel. Jadi Kemlu tidak mengakui perayaan Ultah tersebut," kata Jubir Kemlu Michael Tene.
Menteri Agama Suryadharma Ali (SDA) menilai perayaan HUT Israel merusak kewibawaan pemerintah. "Bagi mereka yang akan merayakan itu, saya imbau tidak melakukan itu. Karena hal itu bisa saja menyulut ketersinggungan masyarakat Indonesia, termasuk merusak kewibawaan pemerintah," kata SDAi.
Kalangan DPR pun marah dengan tetap digelarnya perayaan kemerdekaan Israel di Puncak. DPR meminta polisi memanggil dan memeriksa semua peserta perayaan kemerdekaan Israel Polisi diminta menyelidiki secara khusus motif perayaan kemerdekaan Israel tanpa izin itu.
"Komplotan ini harus dipanggil untuk dimintai keterangan. Polisi tentu berhak melakukan penyelidikan secara khusus," ujar Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso.
Kalangan agama pun tidak bisa menerima perayaan kemerdekaan Israel. Sekretaris Hubungan Antaragama Koferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Romo Antonius Benny Susetyo menilai komunitas Yahudi tidak peka dan tidak bijaksana merayakan kemerdekaan Israel.
Tindakan merayakan kemerdekaan Israel, dinilai Romo Benny, sebagai tindakan yang over dosis. Selama perdamaian Palestina dan Israel belum tercapai, semestinya Komunitas Yahudi menahan diri.
"Harusnya mereka tidak perlu over dosis dalam hal ini. Saya kira sebenarnya kalau mereka mengaku sebagai WNI, mereka harus betul-betul tahu hidup bernegara," kata Romo Benny.
Ketum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Syuhada Bahri menyebut perayaan itu sebagai musibah besar yang harus ditolak.
Sumber : Detik.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Terima kasih, sudah berkunjung..