22 December 2008

Ibu..



Ibu adalah wanita yang mengandung dan melahirkan kita, memberi kita ASI, melindungi dan mendidik kita. Sungguh hebat.. kalau kita baca buku2 dan referensi2 tentang masa kehamilan, mengandung, melahirkan, maka kita akan takjub dan bergumam.. “My Mother Is The Best”. Kenapa? Setiap Ibu yang hamil, mengandung, dan melahirkan, membutuhkan energi yang luarbiasa besar! Energi itu bernama CINTA.

Kamu bisa mulai dari sekarang mencintai Ibu yang telah memberikan banyak cinta. Dari mulai hamil, mengandung, dan melahirkan kamu, sampai sekarang entah berapa banyak energi yang diberikan. Caranya? Jangan lukai hati dan perasaanya, mendo’akannya, memberi hadiah, membuatnya bangga telah melahirkan kita.

Jangan lukai hati dan perasaannya, dengan berkata kasar, membentak, tidak sopan. Keridhaan orang tua adalah keridhaan Allah SWT, dalam sebuah hadist. Ditelapak kakinyalah terdapat syurga, luarbiasa. Mulai sekarang berkata2lah yang lembut dan santun. Niscaya Ibu meridhai kita.

Mendo’akanya; “Ya Allah ampuni dosaku dan kedua orang tuaku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka menyayangiku dari semenjak kecil hingga aku dewasa”. Kalau kamu mendo’akannya setiap hari aku percaya kamu adalah anak yang berbakti pada orang tua.

Memberi hadiah adalah cara yang mudah, cobalah mencari tahu apa yang paling disukai/ diinginkan Ibumu. Pada hari ini saatnya menghadiahkannya..

Buat Dia bangga dengan kamu disisinya.. menjadi pengankat kedudukannya dimata Allah dan orang2. Sehingga kamu menjadi hartanya yang paling berharga dunia dan akhirat, anak yang shaleh..

“Ya Allah ampuni dosaku dan kedua orang tuaku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka menyayangiku dari semenjak kecil hingga aku dewasa”

AMIIN

10 December 2008

Selalu Semangat, Tak Kenal Henti


Kalau aku perhatikan firman Allah di surat Al Ashr 1-3 terbayang bahwa segala usahaku yang telah aku usahakan itu sia-sia, lalu perhatian aku terpusat kepada kata-kata beriman, beramal shalih, nasihat kepada kebenaran dan kesabaran. Ada sebuah nasyid dari Raihan yang mengutip surat ini, tapi ditambah lagi dengan hadist Rasulullah tentang 5 perkara yang diingat sebelum datang 5 perkara lainnya, yaitu sehat sebelum sakit, lapar sebelum kenyang, kaya sebelum miskin, muda sebelum tua, hidup sebelum mati. Bila diperhatikan surat Al Ashr dan hadist itu ada persamaan yaitu menekankan tentang waktu. Segala aktifitas kita yang kita lakukan dari bangun tidur sampai dengan tidur lagi, waktu yang kita habiskan adalah percuma/sia-sia kecuali ada didalamnya 3 hal; keimanan, amal shalih,dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Jadi memang aku harus evaluasi diri nih.. Apa selama ini aku beraktifitas atas dasar Keimanan? atau hanya nuruti hawa nafsu saja. Itu baru satu 1 hal, selanjutnya apakah aktifitasku adalah sebuah amal shalih? dan apa yang aku nasehatkan/ucapkan/ ajakkan kepada orang lain adalah sebuah kebenaran dan untuk bersabar?
Yang namanya RUGI adalah yang paling di hindari oleh seorang pedagang, dimana ada pedaganga yang ingin RUGI dalam bisnisnya.. Ibaratnya aku adalah seorang penjual yang menjual diri, untuk mendapatkan syurga maka jika aku beraktifitas tanpa keimanan, amal shalih, dan nasihat tentang kebenaran dan sabar, maka aku adalah orang yang RUGI..
Na'udzubillahi min dzalik..
Aku ingin berubah..
Jauh lebih baik..
Bismillah..

02 December 2008

JUAL BELI YANG TERLARANG DALAM ISLAM



Oleh Syaikh Shaleh bin Fauzan Abdullah Alu Fauzan

Allah Ta’ala membolehkan jual beli bagi hamba-Nya selama tidak melalaikan dari perkara yang lebih penting dan bermanfaat. Seperti melalaikannya dari ibadah yang wajib atau membuat madharat terhadap kewajiban lainnya.

Jual Beli Ketika Panggilan Adzan

Jual beli tidak sah dilakukan bila telah masuk kewajiban untuk melakukan shalat Jum’at. Yaitu setelah terdengar panggilan adzan yang kedua.

Berdasarkan Firman Allah Ta’ala : “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al Jumu’ah : 9).

Allah melarang jual beli agar tidak menjadikannya sebagai kesibukan yang menghalanginya untuk melakukan Shalat Jum’at. Allah mengkhususkan melarang jual beli karena ini adalah perkara terpenting yang (sering) menyebabkan kesibukan seseorang. Larangan ini menunjukan makna pengharaman dan tidak sahnya jual beli. Kemudian Allah mengatakan “dzalikum” (yang demikian itu), yakni yang Aku telah sebutkan kepadamu dari perkara meninggalkan jual beli dan menghadiri Shalat Jum’at adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui akan maslahatnya. Maka, melakukan kesibukan dengan perkara selain jual beli sehingga mengabaikan shalat Jumat adalah juga perkara yang diharamkan.

Demikian juga shalat fardhu lainnya, tidak boleh disibukkan dengan aktivitas jual beli ataupun yang lainnya setelah ada panggilan untuk menghadirinya.

Allah Ta’ala berfirman : “Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang. laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, mendirikan shalat, dan membayarkan zakat. Mereka takut pada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. 24:36-37-38).

Jual Beli Untuk Kejahatan

Demikian juga Allah melarang kita menjual sesuatu yang dapat membantu terwujudnya kemaksiatan dan dipergunakan kepada yang diharamkan Allah. Karena itu, tidak boleh menjual sirup yang dijadikan untuk membuat khamer karena hal tersebut akan membantu terwujudnya permusuhan.

Hal ini berdasarkan firman Allah ta’ala : “Janganlah kalian tolong-menolong dalam perbuatuan dosa dan permusuhan” (Al Maidah : 2)

Demikian juga tidak boleh menjual persenjataan serta peralatan perang lainnya di waktu terjadi fitnah (peperangan) antar kaum muslimin supaya tidak menjadi penyebab adanya pembunuhan. Allah dan Rasul-Nya telah melarang dari yang demikian.

Ibnul Qoyim berkata : “Telah jelas dari dalil-dalil syara’ bahwa maksud dari akad jual beli akan menentukan sah atau rusaknya akad tersebut. Maka persenjataan yang dijual seseorang akan bernilai haram atau batil manakala diketahui maksud pembeliaan tersebut adalah untuk membunuh seorang Muslim. Karena hal tesebut berarti telah membantu terwujudnya dosa dan permusuhan. Apabila menjualnya kepada orang yang dikenal bahwa dia adalah Mujahid fi sabilillah maka ini adalah keta’atan dan qurbah. Demikian pula bagi yang menjualnya untuk memerangi kaum muslimin atau memutuskan jalan perjuangan kaum muslimin maka dia telah tolong menolong untuk kemaksiatan.”

Menjual Budak Muslim kepada Non Muslim

Allah melarang menjual hamba sahaya muslim kepada seorang kafir jika dia tidak membebaskannya. Karena hal tersebut akan menjadikan budak tersebut hina dan rendah di hadapan orang kafir.

Allah ta’ala telah berfirman : “Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” (QS. 4:141).

Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Islam itu tinggi dan tidak akan pernah ditinggikan atasnya” (shahih dalam Al Irwa’ : 1268, Shahih Al Jami’ : 2778)

Jual Beli di atas Jual Beli Saudaranya

Diharamkan menjual barang di atas penjualan saudaranya, seperti seseorang berkata kepada orang yang hendak membeli barang seharga sepuluh, “Aku akan memberimu barang yang seperti itu dengan harga sembilan”.. Atau perkataan “Aku akan memberimu lebih baik dari itu dengan harga yang lebih baik pula.”

Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah sebagian diatara kalian diperkenankan untuk menjual (barang) atas (penjualan) sebagian lainnya.” (Mutafaq alaihi).

Juga sabdanya: “Tidaklah seorang menjual di atas jualan saudaranya” (Mutafaq ‘alaih)

Demikian juga diharamkan membeli barang di atas pembelian saudaranya. Seperti mengatakan terhadap orang yang menjual dengan harga sembilan : “Saya beli dengan harga sepuluh”

Kini betapa banyak contoh-contoh muamalah yang diharamkan seperti ini terjadi di pasar-pasar kaum muslimin. Maka wajib bagi kita untuk menjauhinya dan melarang manusia dari pebuatan seperti tersebut serta mengingkari segenap pelakunya.

Samsaran

Termasuk jual beli yang diharamkan adalah jual belinya orang yang bertindak sebagai samsaran, (yaitu seorang penduduk kota menghadang orang yang datang dari tempat lain (luar kota), kemudian orang itu meminta kepadanya untuk menjadi perantara dalam jual belinya, begitupun sebaliknya, pent).

Hal ini berdasarkan sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam : “Tidak boleh seorang yang hadir (tinggal di kota) menjualkan barang terhadap orang yang baadi (orang kampung lain yang dating ke kota)”

Ibnu Abbas Radhiallahu anhu berkata: “Tidak boleh menjadi Samsar baginya” (yaitu penunjuk jalan yang jadi perantara penjual dan pemberi).

Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Biarkanlah manusia berusaha sebagian mereka terhadap sebagian yang lain untuk mendapatkan rizki Allah” (Shahih Tirmidzi, 977, Shahih Al Jami’ 8603)

Begitu pula tidak boleh bagi orang yang mukim untuk untuk membelikan barang bagi seorang pendatang. Seperti seorang penduduk kota (mukim) pergi menemui penduduk kampung (pendatang) dan berkata “Saya akan membelikan barang untukmu atau menjualkan.“ Kecuali bila pendatang itu meminta kepada penduduk kota (yang mukim) untuk membelikan atau menjualkan barang miliknya, maka ini tidak dilarang.

Jual Beli dengan ‘Inah

Diantara jual beli yang juga terlarang adalah jual beli dengan cara ‘inah, yaitu menjual sebuah barang kepada seseorang dengan harga kredit, kemudian dia membelinya lagi dengan harga kontan akan tetapi lebih rendah dari harga kredit. Misalnya, seseorang menjual barang seharga Rp 20.000 dengan cara kredit. Kemudian (setelah dijual) dia membelinya lagi dengan harga Rp 15.000 kontan. Adapun harga Rp 20.000 tetap dalam hitungan hutang si pembeli sampai batas waktu yang ditentukan. Maka ini adalah perbuatan yang diharamkan karena termasuk bentuk tipu daya yang bisa mengantarkan kepada riba. Seolah-olah dia menjual dirham-dirham yang dikreditkan dengan dirham-dirham yang kontan bersamaan dengan adanya perbedaan (selisih). Sedangkan harga barang itu hanya sekedar tipu daya saja (hilah), padahal intinya adalah riba.

Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika kalian telah berjual beli dengan cara ‘inah’ dan telah sibuk dengan ekor-ekor sapi (sibuk denngan bercocok tanam), sehingga kalian meninggalkan jihad, maka Allah akan timpakan kepada kalian kehinaan, dan (Dia) tidak akan mengangkat kehinaan dari kalian, sampai kalian kembail kepada agama kalian.” (Silsilah As Shahihah : 11, Shahih Abu Dawud : 2956)

Dan juga sabdanya: “Akan datang pada manusia suatu masa yang mereka menghalalkan riba dengan jual beli “ (Hadits Dha’if , dilemahkan oleh Al Albany dalam Ghayatul Maram : 13)

Wallahu a’lam

Sumber : Diambil dari Mulakhos Fiqhy Juz II Hal 11-13, dengan beberapa tambahan

((Disalin dari www.assunnah.cjb.net))